Senin, 14 September 2009

PAKAR HUKUM; 2007 DAN GERAKAN HIDUP SEHAT TANPA KORUPSI oleh Nurcahyadi Tak berselang lama kita akan memasuki tahun 2007, setelah selama satu tahun

oleh
Nurcahyadi

Tak berselang lama kita akan memasuki tahun 2007, setelah selama satu tahun menjalani dinamika berbagai kehidupan ditahun 2006. dan akhir tahun selalu dijadikan momen untuk melakukan refleksi dan evaluasi atas apa yang telah dilakukan selama satu tahun kebelakang. Walaupun seharusnya refleksi atau evaluasi itu haruslah dilakukan setiap waktu, karena sedetik, sehari apalagi setahun, waktu yang telah terlewati tidak akan pernah bisa kembali. Dan Nabi Muhammad SAW bersabda; merugilah orang-orang yang menyia-nyiakan waktu. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Sungguh sebuah nasehat yang mengandung nilai yang amat dalam didalam menjalani kehidupan sehari-hari terlebih lagi didalam hidup berbangsa dan bernegara. Dalam konteks sebuah negara seluruh elemen masyarakat dari berbagai tingkatan sosial dan golongan tentunya harus mau dan mampu memberikan kontribusi positif dalam tiap derap langkah kehidupan bernegara yang saat ini masih dihadapi dan akan selalu menghadapi berbagai persoalan yang sangat kompleks kedepan. Yang solusi jawaban dari berbagai persoalan tersebut tergantung bagaimana kita mampu merumuskan, mengidentifikasi dan yang sangat penting adalah keseriusan dan komitmen didalam mencari jalan keluar yang terbaik dari berbagai persoalan.

Salah satu persoalan berat dan kritis yang dihadapi oleh bangsa dan daerah ini adalah menyebarnya penyakit yang bernama ’virus korupsi’, dan tak satu orangpun memungkiri dan membantahnya. Era reformasi yang telah berjalan delapan tahun lebih, belum mampu mengatasi menyebarnya virus korupsi yang justeru dari tahun ketahun semakin meluas menusuk keberbagai sendi dan tatanan kehidupan. Mulai dari lembaga eksekutif, legislatif sampai ke yudikatif. Yang merupakan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab didalam memberantas virus tersebut. Ternyata Sapu sebagai pembersih lantai yang kotor telah kotor lebih dahulu. Mulai dari dana buat program orang-orang yang miskin dan generasi muda yang bodoh, sampai dengan bantuan untuk pembangunan mesjid pun telah dirasuki oleh virus korupsi ini. Virus korupsi telah begitu endemik di negeri yang bernama Indonesia.

Layaknya virus, semua orang pasti sangat mengkhawatirkan. Baik itu virus yang menerpa CPU yang ada di komputer atau lap top. Virus mematikan yang perkembang biakannya dari unggas yang disebut dengan virus flu burung (Avian Influenz). Virus HIV/AIDS yang menyerang kekebalan tubuh seseorang karena disebabkan kerap ’jajan’. Virus yang menyerang binatang ternak peliharaan yang disebut dengan antrax, dan banyak lagi virus mematikan lainnya. Dan terhadap virus ini telah menjadi sorotan dan perhatian serius bagi pemerintah didalam penanggulangannya. Terlebih akhir-akhir ini dengan semakin meluasnya penyebaran virus yang telah banyak memakan korban yaitu virus flu burung. Dan layaknya pemerintah segera melakukan rapat, koordinasi, sosialisasi dan kampanye. Baik itu dimedia cetak, elektronik, pemasangan spanduk, leaflet dan lain-lain. Memberikan ganti rugi sampai dengan penindakan dengan memberikan pengobatan gratis agar tidak jatuh korban nyawa. Untuk itu semua dialokasikan anggaran yang tidak sedikit dari uang rakyat pembayar pajak. Realistis memang jika bekerja dengan logika tanpa logistik tentunya para penyelenggara pemerintah tidak akan maksimal. Dan terakhir pemerintah menyampaikan himbauan di koran dan ditelevisi dengan jas dan dasi yang necis sambil berkata; kepada seluruh masyarakat agar selalu waspada dan selalu menjaga kebersihan lingkungan mulai dari keluarga sampai dengan lingkungan yang lebih luas. INGAT!!! bahwa kebersihan adalah sebahagian dari iman.

Lain halnya dengan virus korupsi, yang tidak kalah mematikan dengan membunuh secara perlahan ( killing the soflty) harapan jutaan orang-orang miskin yang memiliki hak yang sama untuk hidup lebih layak. Penanggulangan seakan dicuaikan dan terkesan dijadikan anak tiri dari persoalan bangsa. Mungkin rapat-rapat dan kordinasi didalam membahas penanggulangannya sangat intens, tetapi ketika saat sosialisasi, kampanye diberbagai media cetak sangat minim. Apa lagi untuk hal pencegahan dan penanggulannya. Sepertinya untuk virus yang satu ini kita ( baca: pemerintah ) kuat di modul tetapi lemah di modal. Dan realistis hal ini terjadi karena kebijakan konsep, action dan anggaran sangat minim. Dan lebih realistis lagi hal ini terjadi jika kita katakan bahwa virus korupsi tersebut menyebar dan mengakar ditubuh para mayoritas pejabat dan penyelenggara negara. Yang nota bene memiliki kekuasaan dan kewenangan penuh untuk membasmi atau bahkan menyemai virus korupsi itu sendiri. Tidak heran ketika memperingati hari AIDS sedunia, Hari anti narkoba di meriahkan dengan berbagai spanduk, dialog, kampanye sampai dengan gerak jalan santai. Namun ketika hari anti korupsi sedunia tiba, jangankan gerak jalan, spanduk dan himbauan pun dari pemerintah yang berkata; marilah kita waspadai penyebaran virus korupsi mulai dari kebersihan lingkungan keluarga yang terkecil sampai lingkungan yang lebih luas; INGAT!!! Kebersihan adalah sebahagian dari iman pun tak terdengar. Hanya sebahagian kecil dari masyarakat yang merayakan hari anti korupsi sedunia tersebut.

Jika ingin jujur sebenarnya dari berbagai virus yang kita hadapi saat ini, tidaklah terlalu sulit-sulit amat ( si amat aja ngak sulit ). Hanya metoda dan pendekatannya saja yang berbeda. Inti dari persoalan tersebut adalah bagaimana kita terutama pemerintah memiliki komitmen, kemauan, keinginan dan selalu istiqomah didalam memecahkan persoalan virus tersebut. Sama hal nya ketika Virus HIV dan flu burung menyerang negeri ini. Begitu sigap dan seriusnya para pucuk pimpinan negeri ini dan para pejabat senior bersikap dan bertindak. Seharusnya begitu juga sikap dan tindakan yang dilakukan oleh para pucuk pimpinan negeri ini dan para pejabat senior serta pegawai dibawahnya terhadap virus yang bernama korupsi. Toh dampak dari virus ini sama bahayanya, yaitu dapat menyebabkan kematian. Dan tidak ada perbedaan atas kematian dari virus tersebut. Apakah nyawa seorang manusia yang diakibatkan oleh virus korupsi tidak sama harganya dengan nyawa seorang manusia yang diakibatkan oleh virus flu burung atau virus lainnya?. Bahkan, bukankah virus korupsi ini merupakan penyebab lahirnya virus-virus lain?. Dana kesehatan yang dipotong, dana pendidikan yang disunat, dana program orang miskin yang disikat, dana pembuatan jalan umum yang dibabat, tentunya telah melahirkan berbagai macam virus.

2007 sebagai tahun yang akan menggantikan perjalanan satu tahun di 2006, hendaknya dimaknai bagi kita semua terutama bagi kalangan pemerintah sebagai pemangku kekuasaan dan pemegang amanat rakyat sebagai tahun untuk bersama-sama kita bergandeng tangan, menyisingkan lengan baju, sungguh-sungguh, serius dan berkomitmen untuk memberantas berkembang biaknya virus korupsi. Tahun 2007 kita jadikan tahun Gerakan Hidup Sehat Tanpa Korupsi. Ditahun 2007 Genderang perang kita tabuh untuk melawan dan membasmi korupsi. Para pucuk pimpinan dan para pejabat senior negeri ini harus ( mulai ) bertindak dan bersikap tegas didalam memberantas virus ini. Tunjukkan kinerja dengan komitmen dan kebijakan yang strategis, konseptual dan aplikatif didalam pemberantasan virus korupsi. Yakin bahwa rakyat akan selalu bersama para pemimpin yang memiiki komitmen tersebut. Karena virus korupsi yang dibungkus dengan baju suap, uang pelicin, uang rokok, pungutan ilegal, nyata-nyata menyebabkan kemiskinan dan kebodohan secara struktural yang merupakan persoalan besar yang dihadapi negeri ini. Virus Korupsi nyata-nyata telah merenggut ribuan bahkan jutaan harapan hidup generasi muda bangsa. Nyata-nyata korupsi telah mengakibatkan kecilnya gaji para pegawai rendahan dan polisi berpangkat kopral. Nyata-nyata korupsi telah meluluh lantakan hutan yang menyebabkan banjir, longsor dan putusnya sarana transportasi umum. Nyata-nyata korupsi telah mengakibatkan hengkangnya para investor yang ingin menanamkan modalnya dinegeri ini. Dan nyata-nyata virus korupsi telah menghancurkan tatanan kehidupan sosial di negeri ini. Mari kita jadikan virus korupsi merupakan musuh bersama (Common Enemy).

Rakyat ditahun 2007 harus melakukan konsolidasi dan sinergisitas didalam melakukan perlawanan terhadap virus korupsi. Sosialisasi dan kampanye yang konstruktif, berkesinambungan dan massif harus dilakukan. Generasi muda dinegeri ini harus diselamatkan dari virus korupsi dengan berbagai pendidikan, penyuluhan, pelatihan tentang bahaya laten virus korupsi. Disisi lain penegakan hukum didalam bidang korupsi harus terus ditegakkan. Para pelaku korupsi harus diberikan hukuman yang adil atas apa yang telah diperbuat sebagai wujud efek jera (Shock Therapy), sehingga virus korupsi dapat diminimalisir. Mari kita jadikan tahun 2007 sebagai Gerakan Hidup Sehat Tanpa Korupsi.